Sesiapa mempunyai artikel yang best serta bersesuaian mengenai Islam yang mahu disiarkan di sini beserta nama anda, sila emailkan kepada admin@loveloveislam.com

We Love Islam Followers

NoAds!"Love Love Islam" adalah sebuah blog non-commercial. Tiada Iklan. Blog ini diwujudkan untuk berdakwah dan ikhlas semata-mata kerana Allah. Promosi dan iklankanlah "Love Love Islam" di blog anda atau di mana sahaja dengan niat untuk berdakwah. Terima Kasih. - Admin Love Love Islam

Monday, October 22, 2012

Fahami dan Hayati Ibadah Qurban


Oleh Azam Nur Abd Halim
 
Alhamdulillah, masyarakat Islam setempat kian mengambil berat akan ibadat qurban. Ini merupakan titik tolak bahawa sifat penyayang dan prihatin terhadap saudara islam yg lain masih wujud dlm hati sanubari masyarakat kita.
 
Cuma apa yg perlu kita pertingkatkan ialah keperluan memperbetulkan niat dlm melaksanakannya agar tidak dicemari dgn perasaan sombong akan kemampuan kita.
 
Suatu sikap yg perlu dikikis oleh sebahagian besar masyarakat kita ialah berlumba-lumba meramaikan majlis sembelihan qurban dgn harapan membawa pulang bungkusan daging bukannya membawa pulang semangat dan roh persaudaraan islam.
 
Walaupun amalan biasa yang kita laksanakan dgn mengagihkan daging qurban kpd orang miskin, jiran atau dimakan sendiri bersama keluarga tidak menjadi kesalahan, namun menyalurkan kesemua kpd saudara seagama kita yg betul-betul kebuluran amalan yg lebih afdhal dan mulia serta mendapat lebih keredhaan Allah S.W.T oleh itu  sama-samalah kita nikmati keberkatan-Nya dengan memahami dan menghayati amalan ibadah qurban yg sebenarnya.
 
Semoga ibadah qurban tahun ini dapat memberi erti yg mendalam pada diri kita semua.
 
Selamat Menyambut Hari Raya Aidiladha 1433H.'Qurban For Life' (Q4L) 

Tuesday, October 16, 2012

Ibadah Qurban



Oleh Jarjani Usman/Serambi.

“Barangsiapa yang mempunyai kemampuan tetapi dia tidak berkurban, maka janganlah dia mendekati tempat shalat kami” (HR. Ahmad & Ibnu Majah).

Demikian penting makna ibadah kurban bagi setiap manusia, khususnya orang-orang mukmin. Lebih-lebih secara bahasa, qurban bermakna dekat. Sehingga qurban merupakan upaya mendekatkan diri kepada Allah, yang dilakukan dengan menyembelih hewan kurban pada hari raya Idul Adha. Meskipun sunat hukumnya, ibadah ini mendekati wajib, sehingga Rasulullah sallallahu alaihi wasallam sangat tidak suka terhadap orang-orang yang mampu berkurban tetapi tidak mau melaksanakannya.

Lagipula, ibadah qurban juga bersifat kepedulian terhadap sesama manusia, khususnya orang-orang yang tidak mampu. Dengan demikian, ibadah ini bukan hanya menciptakan kedekatan dengan Allah, tetapi juga kepedulian dan kasih sayang terhadap sesama. Wajar sekali kalau pahala yang disediakan berlipatganda. Manfaat ganda sekaligus pahala yang banyak ini akan dicari, kecuali oleh orang-orang yang hatinya telah mati, misalnya, akibat banyak mengambil yang bukan haknya atau sudah demikian kuat dicengkeram setan.

Nabi Ibrahim alaihissalam sendiri juga pernah berkali-kali digoda setan tatkala ingin melaksanakan kurban sesuai dengan perintah Allah. Yaitu, menyembelih anaknya yang bernama Ismail. Sehingga beliau melempar setan, yang hingga sekarang dikenal dengan melempar Jumrah yang dilakukan oleh para jamaah Haji. Karena itu, bila tidak ada niat untuk berkurban di saat mampu, jangan lupa berpikir bahwa mungkin setan sedang menggoda agar kita tidak mengambil kesempatan berharga ini.

Hai Yang Mati



Oleh Jarjani Usman/Serambi.

“Wajib atas kalian untuk selalu duduk di majelis ulama dan mendengarkan perkataan ahli hikmah, karena sungguh Allah menghidupkan hati yang mati itu dengan cahaya hikmah, sebagaimana Allah menghidupkan bumi yang mati dengan air hujan” (Al hadits).

Meskipun masih hidup, kita berpeluang mengalami mati hati. Para ulama menggambarkan seseorang yang telah mati hatinya dengan beberapa keadaan. Di antaranya, gila pada harta dunia tanpa mau peduli status halal haramnya, tidak punya rasa takut akan peringatan kematian, dan tak merasa bersalah ketika melakukan perbuatan berdosa. Keadaan-keadaan ini saja jika dimiliki seseorang, akan menjatuhkannya ke dalam aliran dosa yang berkepanjangan.

Jika diperhatikan, sungguh sudah sangat banyak di antara kita yang mengalami mati hati di muka bumi ini. Sebab rata-rata orang, apapun profesinya, kini merasa bangga dengan kekayaannya walaupun dari hasil korupsi atau penyelewengan. Lihatlah betapa banyak orang yang menajdi kaya raya karena mengambil yang bukan haknya. Juga banyak orang yang dimuliakan karena kekayaannya walau dari hasil (menjual) barang haram. Bukan hanya itu, kematian yang dialami seseorang hanya dianggap sebagai sesuatu yang alami, bukan sebagai peringatan untuk memperbaiki diri.

Namun demikian, hati yang mati bukan tak bisa disembuhkan kembali. Duduk dengan para ulama, misalnya, merupakan jalan yang bisa membantu menghidupkan hati yang mati. Dari petuah-petuah yang disampaikan akan mengantar seseorang kepada kebenaran, yang tentunya berasal dari Alquran dan sunnah. Lebih-lebih bila petuah tersebut menggugah kita untuk sering membaca Alquran dan mengkaji maknanya. Insya Allah hati kita kan hidup, terbuka dalam menerima kebenaran dan menyukai kebaikan.

Monday, October 8, 2012

Bonda Fatimah az-Zahra' RA


Oleh IZWAN ABDUL HALIM

“Saat aku melihatnya, hilanglah duka dari seluruh jiwaku.” Bait kata seperti ini pastinya datang dari lubuk hati yang dalam, memberi pengiktirafan kepada insan yang dikagumi. Saiyidina Ali KW tidak mungkin berkata begitu melainkan jika sekiranya insan disebut beliau benar-benar seorang yang istimewa. Daripadanya Ali mendapat ketenangan, ketenteraman, dokongan dan kebahagiaan. 
  Sememangnya dia seorang insan yang lebih indah dari susun syair puitis, lebih mekar dari kelopak mengembang, lebih semerbak dari haruman mewangi, kerana itulah dia digelari az-Zahra’; dia ialah Fatimah binti Muhammad RA, penghulu wanita seluruh alam (Saiyidatul Nisa’ il-‘Alamin).
Baginda Rasulullah SAW sendiri pernah mengungkapkan pengiktirafan terhadap Fatimah. Kata Baginda;  
“Dia adalah ibu kepada ayahnya,” kerana amat mengambil berat akan hal ayahandanya, amat mencontohi ayahandanya dan menjadi ganti kepada bondanya. Kepada Saiyidatina A‘isyah RA, Rasulullah SAW pernah berkata; “Wahai A‘isyah, jika engkau tahu apa yang aku ketahui tentang Fatimah, nescaya engkau akan mencintainya sebagaimana aku mencintainya. 
Fatimah adalah darah dagingku. Ia tumpah darahku. Barang siapa yang membencinya, maka ia telah membenciku, dan barang siapa membahagiakannya, maka ia telah membahagiakanku.” Bahkan jika dihitung terlalu banyak adanya akan kata-kata yang menyanjung diri Fatimah. Terkadang dirinya dilihat iras manusia agung, yakni ayahandanya sendiri. Saiyidatina A‘isyah RA melukiskan Fatimah sebagai seorang yang paras dan tuturnya mengingatkan kepada Nabi; Aku tidak pernah menyaksikan ada orang selain Fatimah, yang baik di waktu duduk maupun berdiri, lebih menyerupai Rasulullah dalam hal ketenangannya, kebaikan perilakunya dan pembicaraannya.”
Menyaksikan Kepayahan Dakwah
Fatimah dijadikan sandaran oleh Musyrikin Quraisy untuk mengejek ayahandanya sebagai orang yang telah terputus (keturunan) hanya kerana dia anak bongsu dan anak perempuan sedangkan abang-abangnya pula telah meninggal dunia. Tidak seperti kanak-kanak seusianya yang gemar bermain dan bersuka, Fatimah lebih banyak menyertai ayahandanya. Bermakna dia membesar dengan menyaksikan segala sikap jelik Musyrikin Quraisy menentang dakwah ayahandanya. Anak kecil ini pernah menangis melihat ayahanda kesayangannya dipermainkan; belakang Baginda diletakkan kotoran haiwan saat sedang sujud solat di hadapan Ka’bah. Fatimahlah yang membersihkan sambil matanya bercucuran dengan air mata.
Isteri Kebanggaan Suami 
Jika para pengantin hari ini diserikan dengan segala kemeriahan, perhiasan dan balasan hantaran, sesungguhnya Fatimah saat mendirikan rumahtangga hanya memiliki kulit kambing sebagai alas tidur di malam hari. Di siang hari, alas tidur itu pulalah yang dijadikan alas unta. Selimut yang dimiliki pun tidak mampu menutupi seluruh tubuhnya, ditarik ke atas terlihatlah kakinya, ditarik ke bawah terlihatlah kepalanya.
Tetapi keutamaannya jodoh Fatimah adalah dengan pemuda pilihan Allah dan RasulNya. “Anakku, aku telah menikahkanmu dengan laki-laki yang kepercayaannya lebih kuat dan lebih tinggi daripada yang lainnya, dan seorang yang menonjol dalam hal keperibadian dan kebijaksanaan.”
Ali pula saat usaha melangsungkan pernikahan itu hanya memiliki sebuah pedang dan perisai. Hajat menjual keduanya dihalang Rasulullah kerana ujar Baginda Islam memerlukan pedang itu dan Baginda hanya mengizinkan Ali menjual perisainya.
Pun begitu, kecintaan antara suami isteri ini tiada tandingannya. Saiyidina Ali KW memanggil Fatimah; “Ya binta Rasulillah.” (Wahai puteri Rasulullah) manakala Fatimah pula memanggilnya dengan gelar; “Ya Amirul Mukminin.” (Wahai pemimpin kaum mukmin)
Rasulullah SAW pernah menukilkan nasihat yang penting untuk seluruh kaum isteri yang disampaikannya melalui Fatimah RA; “Wahai Fatimah, perempuan mana yang melayani suaminya dalam sehari semalam dengan baik hati dan ikhlas serta niat yang benar maka Allah SWT akan mengampuni semua dosa-dosanya dan Allah SWT akan memakaikannya sepersalinan pakaian yang hijau dan dicatatkan untuknya dari setiap helai bulu dan rambut yang ada pada tubuhnya seribu kebaikan dan dikurniakan Allah untuknya seribu pahala haji dan umrah. 
Wahai Fatimah, perempuan mana yang tersenyum dihadapan suaminya maka Allah SWT akan memandangnya dengan pandangan rahmat. Wahai Fatimah perempuan mana yang menghamparkan hamparan atau tempat untuk berbaring atau menata rumah untuk suaminya dengan baik hati maka berserulah untuknya penyeru dari langit (malaikat). Teruskanlah amalmu maka Allah SWT telah mengampunimu akan sesuatu yang telah lalu dari dosamu dan sesuatu yang akan datang.” 
“Wahai Fatimah, perempuan mana yang meminyakkan rambut suaminya, janggutnya dan memotongkan kumisnya serta menggunting kukunya maka Allah SWT akan memberinya minuman dari sungai-sungai syurga dan Allah SWT akan meringankan sakaratulmautnya, dan akan didapatinya kuburnya menjadi sebuah taman dari taman-taman syurga serta Allah SWT akan menyelamatkannya dari api neraka dan selamatlah ia melintas di atas titian Sirat.”
“Wahai Fatimah, yang lebih utama dari itu semua adalah keredhaan suami terhadap isterinya. Jikalau suamimu tidak redha denganmu tidaklah akan aku doakan kamu. Tidaklah engkau ketahui wahai Fatimah bahwa redha suami itu daripada Allah SWT dan kemarahannya itu dari kemarahan Allah SWT.”
Kerana keperibadiannya itulah, Fatimah meninggalkan nostalgia manis buat suaminya Saiyidina Ali KW: “Demi Tuhan, hingga akhir hayatnya, tidak pernah aku merasa kecil hati dengan perilakunya atau memaksanya. Begitu juga tidak pernah dia merasa marah terhadapku atau tidak mentaatiku.”
Didikan Agung Suri Rumah
Rutin hariannya menggiling gandum dan mengangkut air hingga terlihat kesan melecet pada tangannya dan berbekas pada dadanya. Dia juga menyapu rumah hingga berdebu baju dan menyalakan api di dapur hingga mengotori dirinya. Ternyata setiap hari yang dilihat padanya adalah kepayahan. Pernah Fatimah mendatangi Rasulullah memintakan pembantu untuknya. "Ucapkanlah: "Ya Allah, Tuhan pemilik bumi dan Arsy yang agung. Ya Tuhan kami dan Tuhan segala sesuatu yang menurunkan Taurat, Injil dan Furqan, yang membelah biji dan benih. Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan segala sesuatu yang Engkau kuasai nyawanya. Engkaulah awal dan tiada sesuatu sebelumMu. Engkaulah yang akhir dan tiada sesuatu di atasMu. Engkaulah yang batin dan tiada sesuatu di bawahMu. Lunaskanlah hutangku dan cukupkan aku dari kekurangan.” Demikianlah Rasulullah SAW mendidik Fatimah dan Fatimah redha bahawa itulah tarbiyyah untuk dirinya.
Saiyidina Ali KW juga pernah mengadukan kepayahan Fatimah dalam menjalankan kerja sehariannya. Namun Rasulullah SAW tetap tidak pernah memanjakan puteri bongsunya itu dalam menguruskan hal keduniaan. “Mahukan kamu aku nyatakan suatu perkara yang lebih baik daripada apa yang kamu minta? (Iaitu) apabila kamu selesai solat, ucapkanlah ‘Subhanallah’ 10 kali, ‘Alhamdulillah’ 10 kali dan ‘Allahu Akbar’ 10 kali. Apabila hendak masuk ke tempat tidurmu, maka ucapkanlah ‘Subhanallah’ 33 kali, ‘Alhamdulillah’ 33 kali dan ‘Allahu Akbar’ 33 kali. Ini adalah lebih baik daripada yang kamu pohon.”
Dalam hal menguruskan rumahtangga Rasulullah SAW juga pernah mewasiatkan nasihat kepada Fatimah; “Wahai Fatimah, perempuan mana yang berkeringat ketika ia menggiling gandum untuk suaminya maka Allah SWT menjadikan antara dirinya dan neraka tujuh buah parit.”
Ibu Mithali
Jika ummah ini mengagumi Saiyidina Hassan RA dan Saiyidina Hussin RA, Fatimahlah ibu mereka. Yang telah melahir, mendidik dan membesarkan mereka menjadi mujahid ummah. Menjadi insan kebanggaan Rasulullah, kerana anak-anak itu telah dididik Fatimah mencontohi keperibadian datuk mereka. Ke mana sahaja Baginda pergi, Baginda selalu membawa mereka bersama dan cucunya itu diperkenalkan sebagai buah hatinya di dunia.
Nasihat Rasulullah menjadi pegangan Fatimah dalam kesabaran menguruskan anak; “Wahai Fatimah, apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya maka beristighfarlah para malaikat untuknya dan Allah SWT akan mencatatkan baginya tiap-tiap hari seribu kebaikan dan menghapuskan darinya seribu kejahatan. Apabila ia mulai sakit hendak melahirkan maka Allah SWT mencatatkan untuknya pahala orang-orang yang berjihad pada jalan Allah yakni berperang sabil. Apabila ia melahirkan anak maka keluarlah ia dari dosa-dosanya seperti keadaannya pada hari ibunya melahirkannya dan apabila ia meninggal tiadalah ia meninggalkan dunia ini dalam keadaan berdosa sedikitpun, dan akan didapatinya kuburnya menjadi sebuah taman dari taman-taman syurga, dan Allah SWT akan kurniakannya pahala seribu haji dan seribu umrah serta beristighfarlah untuknya seribu malaikat hingga hari kiamat.”
“Wahai Fatimah, perempuan mana yang meminyaki rambut anak-anaknya dan menyisir rambut mereka dan mencuci pakaian mereka maka Allah SWT akan mencatatkan baginya ganjaran pahala orang yang memberi makan kepada seribu orang yang lapar dan memberi pakaian kepada seribu orang yang tidak berpakaian.”
Srikandi Ummah
Perasaannya terhadap ummah ini saling tak tumpah seperti ayahandanya. Prinsipnya rela bersusah untuk kemudahan orang lain. Setiap pengemis mahupun tetamu yang datang pasti melangkah keluar dari pintunya dengan senang hati. Sedangkan dia dan keluarganya sendiri hidup dalam serba tidak memiliki, hatta terkadang berhari-hari menahan dari makanan semata-mata memberi makan kepada orang lain. Pernah digadaikan kain tudungnya untuk mendapatkan sedikit jagung lalu dibuatnya roti untuk makanan seorang Yahudi sedangkan dia dan keluarganya langsung tidak menyentuh roti itu bahkan tidak menjamah makanan sejak beberapa hari. Dari kepemurahannya menyebabkan Yahudi ini menyatakan keIslamannya.
Dirinya berpegang kepada nasihat ayahanda; “Wahai Fatimah, perempuan mana yang menghalangi hajat tetangga-tetangganya maka Allah SWT akan menghalanginya dari meminum air telaga Kautshar pada hari kiamat.”
Dalam usaha mempertahankan Islam, di tengah-tengah medan peperangan yang serba menggerunkan, Fatimah adalah antara srikandi yang bergerak dicelah-celah kekalutan pukulan tombak dan tikaman mata pedang serta hujan anak panah. Ia turut serta membantu, menyediakan bekal dan merawat tentera yang cedera. Sedangkan ramai wanita hari ini hendaknya bersenang umpama puteri di singgahsana nan mewah.
Bahkan Fatimah jauh berbeza dari wanita-wanita yang rata-ratanya cenderung kepada kecantikan duniawi dan perhiasan. Tidak ada padanya sedikit pun kerana berpegang kepada nasihat ayahandanya bahawa semua itu di dunia menjadi simbol keangkuhan dan di akhirat menjadi fitnah dan bahan bakar api neraka.
Dunianya Mendampingi Akhirat
Antara lain gelarannya ialah al-Batuul, iaitu yang memusatkan perhatiannya pada ibadah atau tiada bandingannya dalam hal keutamaan, ilmu, akhlak, adab, hasab dan nasab. Mengenai ubudiyyahnya, Hassan bin Ali RA menuturkan; “Ibuku memenuhi malamnya dengan doa dan munajat hanya kerana umat Muhammad.” Dalam katanya yang lain; “Aku belum pernah melihat seorang wanita yang lebih alim daripada ibuku. Dia selalu melakukan solat dengan begitu lama hingga kakinya bengkak.”
Sikap Fatimah terhadap umat ini juga tergambar dari kata-kata Hassan RA; “Aku melihat ibuku, Fatimah berdiri solat pada malam Jumaat. Beliau meneruskan solatnya dengan rukuk dan sujud hingga subuh. Aku mendengar beliau berdoa untuk kaum mukminin dan mukminah dengan menyebut nama-nama mereka. Beliau berdoa untuk mereka tetapi tidak berdoa untuk dirinya sendiri.” Hassan pernah bertanya akan hal itu, jawab Fatimah; “Anakku, (berdoa) untuk jiran-jiranmu diutamakan dan kemudian barulah dirimu.”
Sebaik-baik Teladan
Itulah Fatimah; payah hidupnya disulami dengan zikir, perit laparnya diisi dengan sujud. Dia muslimah yang akan terus menjadi nostalgia segar seluruh ummah. Akan ada  sentiasa mencari dan akan ada yang sentiasa meneladani halwa kehidupannya. Fatimah adalah contoh sebaik-baik isteri dan suaminya adalah contoh sebaik-baik suami seperti yang telah disabdakan Baginda; “Wahai Ali, sebaik-baik isteri adalah isterimu.” “Wahai Fatimah, sebaik-baik suami adalah suamimu.” Umpama sebuah pohon, Fatimah adalah pokok yang baik; akarnya menghunjam kukuh ke bumi, cabangnya menjulang tinggi ke langit; membesar dengan pancaran wahyu dan siraman sunnah.
Dia mencintai ayahandanya melebihi cintanya kepada sesiapa jua. Dia menghayati dakwah ayahandanya, menemani dan menghiburkan Baginda sepanjang langkah perjuangan, kerana itu manis sekali gelar Ummu Abiha (Ibu kepada ayahnya) itu untuknya. Dia juga yang pertama mengalunkan kesedihan mendapat tahu tanda kewafatan Baginda dan bergembira menjadi insan pertama yang akan menyusul Baginda. Saat kematian menghampiri Baginda, Fatimahlah yang membacakan kalimah-kalimah suci al-Qur’an hingga Baginda terbuai dalam kekusyukan. Pemergian Rasulullah menjadi kesedihan yang tidak kepalang terhadap dirinya. Jiwanya sering dilanda kehibaan, dibaluti kesedihan dan kerinduan yang mencengkam hinggalah dia juga turut menyusul kemudiaannya. Tatkala selesai jasadnya disemadikan, Ali KW meluahkan rasa cinta seorang suami; “Salam sejahtera bagimu duhai Rasulullah… dariku dan dari puterimu, yang kini berada di sampingmu dan yang paling cepat datang menemuimu. Duhai Rasulullah! Telah berkurang kesabaranku atas pemergian puterimu, dan telah berkurang pula kekuatanku… Puterimu akan mengadukan kepadamu mengenai umatmu yang telah menghancurkan hidupnya. Pertanyaan yang meliputinya dan keadaan yang akan menjawab. Salam sejahtera untuk kalian berdua!”
Fatimah akan terus menjadi lambang seorang muslimah yang menakjubkan dan setiap saat ummah ini meneliti hidupnya, maka “hilanglah duka dari seluruh jiwa”. Bonda Fatimah, kami menyanjungimu……
 Saiyidatul Nisa’il-‘Alamin
Related Posts with Thumbnails