Sesiapa mempunyai artikel yang best serta bersesuaian mengenai Islam yang mahu disiarkan di sini beserta nama anda, sila emailkan kepada admin@loveloveislam.com

We Love Islam Followers

NoAds!"Love Love Islam" adalah sebuah blog non-commercial. Tiada Iklan. Blog ini diwujudkan untuk berdakwah dan ikhlas semata-mata kerana Allah. Promosi dan iklankanlah "Love Love Islam" di blog anda atau di mana sahaja dengan niat untuk berdakwah. Terima Kasih. - Admin Love Love Islam

Saturday, July 21, 2012

Menggapai Keutamaan Ramadhan


Puasa merupakan ibadah yang dilaksanakan dengan jalan meninggalkan segala yang menyebabkan batalnya puasa sejak terbit fajar kedua (shadiq) hingga terbenam matahari.

Puasa Ramadhan merupakan salah satu rukun Islam yang agung, sebagaimana sabda Nabi, “Islam itu didirikan di atas lima hal; Bersaksi tiada sesembahan yang hak melainkan Allah dan bersaksi bahwa Muhammad itu utusan Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, puasa Ramadhan dan berhaji ke Baitullah.” (Muttafaq ‘alaih)

Keutamaan Puasa Ramadhan
1. Dengan puasa Ramadhan Allah mengampuni dosa orang yang berpuasa dan memaafkan semua kesalahannya, Nabi bersabda, “Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka Allah mengampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

2. Puasa Ramadhan tidak terhingga pahalanya, karena orang yang berpuasa akan mendapatkan pahala tanpa batas. Setiap muslim amalannya akan diganjar sebesar 10 hingga 700 kali lipat, kecuali puasa. Firman Allah di dalam hadits qudsi, “...Kecuali puasa, sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan mengganjarnya, ia menahan nafsu dan makan karena-Ku.” (HR. Muslim)

3. Puasa dapat membuka pintu syafa’at nanti pada hari Kiamat. Rasulullah bersabda,“Sesungguhnya puasa dan al-Qur’an memberi syafa’at kepada pelakunya pada hari Kiamat. Puasa berkata, “Ya Tuhanku aku telah menahan hasrat makan dan syahwatnya, maka berilah aku izin untuk memberikan syafa’at kepadanya. Berkata pula al-Qur’an, ”Wahai Tuhanku, aku telah menghalanginya dari tidur untuk qiyamullail, maka berilah aku izin untuk memberikan syafa’at kepadanya. Nabi bersabda, “Maka keduanya diberikan izin untuk memberi syafaat.” (HR. Ahmad)

Meraih Keutamaan Ramadhan
Allah telah mengistimewakan bulan Ramadhan dari bulan-bulan lainnya dengan berbagai keutamaan. Maka sepatutnya kita menyambutnya dengan taubat nasuha dan tekad meraih kebaikan sebanyak-banyaknya di bulan suci ini. Berikut kiat-kiatnya,

1. Berpuasa dengan benar
Rasulullah bersabda, “Barangsiapa berpuasa karena keimanan dan semata-mata mengharap pahala, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Yang perlu diperhatikan agar bisa berpuasa dengan benar;
(a) Menjauhi kemaksiatan, perkataan dan perbuatan sia-sia.
Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang tidak menahan diri dari ucapan dusta dan perbuatan buruk maka sedikit pun Allah tidak sudi menerima puasanya meskipun ia menahan diri dari makan dan minum.” (HR. al-Bukhari).
(b) Berniat puasa pada malamnya, mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka dengan membaca doa berbuka,

ذَهَبَ الظَّمَأُ، وابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وثَبَتَ إِنْ شَاءَاللهُ
“Telah hilang rasa haus dan urat-urat telah basah serta pahala akan tetap, Insyaallah.” (HR. Abu Dawud)
2. Shalat Tarawih
Nabi bersabda, “Barangsiapa menunaikan qiyamullail pada bulan Ramadhan, karena keimanan dan mengharapkan pahala, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

“Siapa saja yang shalat Tarawih bersama imam hingga selesai, akan ditulis baginya pahala shalat semalam suntuk.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i dan Ibnu Majah).

3. Bershadaqah
Rasulullah adalah orang yang sangat dermawan; kebaikan dan kedermawanan beliau pada bulan Ramadhan melebihi angin yang berhembus. Rasulullah bersabda,“Seutama-utama shadaqah adalah shadaqah di bulan Ramadhan.” (HR. at-Tirmidzi)

Shadaqah ini di antaranya adalah:
(a) Memberi makan
Para Salafush Shalih senantiasa berlomba dalam memberi makan kepada orang lapar dan yang membutuhkan. Nabi bersabda, “Siapa saja di antara orang mukmin yang memberi makan saudaranya sesama mukmin yang lapar, niscaya Allah akan memberinya buah-buahan Surga. Siapa saja di antara orang mukmin yang memberi minum saudaranya sesama mukmin yang haus, niscaya Allah akan memberinya minuman dari Rahiqul Makhtum.” (HR. at-Tirmidzi dengan sanad hasan).

(b) Menyediakan makanan berbuka
Nabi bersabda, “Barangsiapa menyediakan makanan berbuka bagi orang yang berpuasa, niscaya ia akan mendapat pahala seperti orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikitpun.” (HR. at-Tirmidzi, hasan shahih).

Dalam riwayat lain dikatakan, “…menjadi penghapus dosanya dan menjadi pembebas dirinya dari api Neraka…”

4. Banyak membaca al-Qur’an
Malaikat Jibril memperdengarkan al-Qur’an kepada Rasulullah pada bulan Ramadhan. Utsman bin Affan mengkhatamkannya pada setiap hari Ramadhan. Sebagian Salafush Shalih mengkhatamkan setiap 3 malam sekali dalam shalat Tarawih. Imam asy-Syafi’i dapat mengkhatamkan 60 kali di luar shalat dalam bulan Ramadhan.

5. Tetap duduk di dalam masjid hingga terbit matahari
Rasulullah bersabda, “Barangsiapa shalat fajar berjama’ah di masjid, kemudian tetap duduk berdzikir mengingat Allah, hingga terbit matahari lalu shalat dua raka’at (Dhuha), maka seakan-akan ia mendapat pahala haji dan umrah dengan sempurna, sempurna dan sempurna.” (HR. at-Tirmidzi, dishahihkan oleh al-Albani).

6. Mencari malam Lailatul Qadar
Terutama pada malam-malam ganjil di akhir Ramadhan dengan memperbanyak doa,

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan menyukai untuk mengampuni, maka ampunilah aku.” (HR. at-Tirmidzi)

“Barangsiapa shalat di malam Lailatul Qadar karena keimanan dan mengharapkan pahala, niscaya akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).“Diampuni juga dosa yang akan datang.” (dalam Musnad ahmad dari ‘Ubadah).

7. I’tikaf
Yakni menetapi masjid dan berdiam di dalamnya dengan niat mendekatkan diri kepada Allah.
Dalam sebuah hadits disebutkan, “Bila masuk 10 (hari terakhir bulan Ramadhan) Nabi mengencangkan kainnya (menjauhkan diri dari menggauli istrinya), menghidupkan malamnya dengan ibadah dan membangunkan keluarganya.” (HR. al-Bukhari).

“Bahwasanya Nabi senantiasa ber’itikaf pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan hingga Allah mewafatkan beliau.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

8. Umrah di bulan Ramadhan
Rasulullah bersabda, “Umrah di bulan Ramadhan sama seperti ibadah haji.” Dalam riwayat lain, “...sama seperti menunaikan haji bersamaku.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

9. Memperbanyak istighfar, dzikir dan doa
Terutama di saat sahur, berbuka, hari Jum’at, dan sepertiga malam terakhir sepanjang bulan Ramadhan.

Hukum dan Golongan Manusia Dalam Berpuasa
1. Puasa diwajibkan kepada setiap muslim, baligh, mampu dan bukan dalam keadaan safar(bepergian).
2. Orang kafir tidak diwajibkan berpuasa dan jika ia masuk Islam tidak diwajibkan mengqadha’(mengganti) puasa yang ditinggalkannya selama ia belum masuk Islam.
3. Anak kecil di bawah usia baligh tidak diwajibkan berpuasa, tetapi dianjurkan untuk dibiasakan berpuasa.
4. Orang gila tidak wajib berpuasa dan tidak dituntut untuk mengganti puasa dengan memberi makan, walaupun sudah baligh. Begitu pula orang yang kurang akalnya dan orang 
pikun.
5. Orang yang sudah tidak mampu untuk berpuasa disebabkan penyakit, usia lanjut, sebagai pengganti puasa ia harus memberi makan setiap hari satu orang miskin (membayar fidyah).
6. Bagi seseorang yang sakit dan penyakitnya masih ada kemungkinan untuk dapat disembuhkan, jika ia merasa berat untuk menjalankan puasa, maka dibolehkan baginya tidak berpuasa, tetapi harus mengqadha’nya setelah sembuh.
7. Wanita yang sedang hamil atau sedang menyusui jika dengan puasa ia merasa khawatir terhadap kesehatan dirinya dan anaknya, maka dibolehkan tidak berpuasa dan kemudian mengqadha’nya di hari yang lain.
8. Wanita yang sedang haidh atau nifas, tidak boleh berpuasa dan harus mengqadha’nya pada hari yang lain.
9. Orang yang terpaksa berbuka puasa karena hendak menyelamatkan orang yang hampir tenggelam atau terbakar, maka ia mengqadha’ puasa yang ditinggalkan itu pada hari yang lain.
10. Bagi musafir boleh memilih antara berpuasa dan tidak berpuasa. Jika memilih tidak berpuasa, maka ia harus mengqadha’nya di hari yang lain. Hal ini berlaku bagi musafir sementara, seperti bepergian untuk melaksanakan umrah, atau musafir tetap, seperti sopir truk dan bus (luar kota), maka bagi mereka boleh tidak berpuasa selama mereka tinggal di daerah (negeri) orang lain dan harus mengqadha’nya. (Redaksi)

[Sumber:

1. Brosur tentang Puasa Ramadhan, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin.
2. Kaifa Na’isyu Ramadhan, Syaikh Abdullah ash-Shalih.

Perangi Hawa Nafsu Satu Pengorbanan



Peperangan menentang hawa nafsu adalah merupakan satu bentuk pengorbanan yang paling besar untuk membentuk jati diri sendiri dan kemaslahatan umat.
Perangi hawa nafsu menuntut kesabaran yang tinggi dan ketaqwaan yang teguh dalam mendidik jiwa sentiasa beristiqamah melakukan kebaikan dan menjauhi segala bentuk kejahatan.

Perkara ini jelas disebutkan di dalam ayat al-Quran, “Dan sungguh akan Kami berikan cubaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (iaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun’.

Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Surah al-Baqarah ayat 155-157)
Perangi hawa nafsu adalah merupakan perjuangan yang paling besar. Ia adalah utama dari peperangan mempertahankan diri.

Hal ini bersesuaian dengan maksud sabda Rasulullah s.a.w ketika baginda pulang dari peperangan Badr, “Kita baru saja kembali dari jihad kecil menuju jihad yang besar. Para sahabat bertanya, “Apa jihad besar itu?, Nabi SAW menjawab, “Jihaad al-qalbi (jihad hati).

Setiap orang juga berpotensi memilliki keinginan untuk membuat kejahatan atau lebih dikenali sebagai hawa nafsu. Ini merupakan musuh utama anak adam dari syaitan.
Dengan ini kekuatan syaitan terletak pada hawa nafsu dan kelemahan manusia adalah berpunca daripada godaannya. Hawa nafsu selalu mengajak manusia kepada kemungkaran dan jika kita menuruti bisikannya, maka pasti kita akan menempuh kebinasaan.

Perkara ini telah dinyatakan oleh Allah s.w.t dalam ayat al-Quran, “Kemudian menggantilah selepas mereka pengganti-pengganti yang mensia-siakan solat, dan mengikuti hawa nafsu (syahwat); maka mereka akan menemui kesesatan.” (Surah Maryam, 59)

Kehidupan adalah satu bentuk perjuangan melawan hawa nafsu. Sesiapa yang mampu melawan hawa nafsu, maka Allah akan memberikannya kemenangan dan dipermudahkan segala urusan. Inilah rahsia untuk mendapat pembelaan dari Allah S.W.T.

Abu Hamid Imam al- Ghazali menyebut terdapat tiga bentuk perlawanan manusia terhadap hawa nafsu, iaitu Nafs al-Muthmainnah, Nafs al-Lawwamah, dan Nafs al-Ammarah al-Suu’.
Nafs al-Muthmainnah merupakan nafsu yang tenang yang mana ketika iman menang melawan hawa nafsu, sehingga perbuatan manusia tersebut lebih banyak yang baik daripada yang buruk. Dengan kata lain mereka yang mampu menguasai terhadap hawa nafsunya.

Manakala Nafs al-Lawwamah ialah nafsu yang gelisah dan menyesali dirinya sendiri. Keadaannya adalah ketika iman kadangkala menang dan kadangkala kalah melawan hawa nafsu, sehingga manusia tersebut perbuatan baiknya relatif seimbang dengan perbuatan buruknya. Mereka yang sentiasa dalam bertarik tali melawan hawa nafsu.

Adakalanya dia menang dan ada kalanya kalah. inilah orang yang sedang berjuang (mujahadah). Mereka ini menunaikan apa yang diperintahkan oleh Nabi Muhammad melalui sabdanya yang bermaksud: ”Berjuanglah kamu melawan hawa nafsumu sebagaimana kamu berjuang melawan musuh-musuhmu.

Nafsu yang ketiga adalah Nafs al-Ammaarah al-Suu’ iaitu nafsu yang mengajak kepada keburukan. Keadaanya adalah Ketika iman kalah dibandingkan dengan hawa nafsu, sehingga manusia tersebut lebih banyak berbuat yang buruk daripada yang baik. Mereka inilah yang hawa nafsu sepenuhnya telah dikuasai dan tidak dapat melawannya sama sekali.

Namun, dewasa ini, seringkali kita mendengar berita-berita tentang gejala sosial. Penyakit ini sebenarnya telah menular dalam kalangan masyarakat. Pelbagai kes dilaporkan setiap hari mengenai jenayah yang dilakukan, antaranya kes penderaan kanak-kanak, pembuangan bayi, samun, rogol, bunuh dan pelbagai kes yang melibatkan undang-undang negara.

Namun persoalannya, mengapa kes seperti ini semakin menjadi-jadi? Sudah tentu masyarakat terbiasa menjadikan hawa nafsu sebagai satu ikutan tanpa memikirkan kesan yang akan dihadapi oleh diri mereka sendiri.

Perkara ini dinyatakan oleh sebahagian orang bijak “Barang siapa menyirami anggota badannya dengan hawa nafsu, maka ia menanam pohon penyesalan dalam hatinya.” [Imam Al-Ghazali, Mukâsyafah al-Qulûb, h. 17]

Kehidupan yang berlandaskan syariat mampu menjamin kebahagiaan di dunia dan akhirat. Perangi hawa nafsu mampu memberi jaminan kebahagiaan kehidupan. Jaminan kebahagiaan ini adalah ditentukan oleh diri sendiri kerana diri sendiri berhak memilih jalan yang harus ditempuh.

Jika jalan yang diambil adalah jalan kebahagiaan di akhirat, maka sudah pasti kebahagiaan dunia akan dapat dikecapi oleh setiap individu muslim. Perkara ini disebut oleh Allah s,w,t di dalam ayat al-Quran,

“Barang siapa beramal soleh sama ada lelaki dan wania sedang dia mukmin, maka Kami akan hidupkan dia dengan kehidupan yang baik (bahagia) dan Kami akan tunaikan kepada mereka dengan ganjaran mereka yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.”(An-Nahl: 97)

Cerminan hati juga diukur dari sudut ketaqwaan kepada Allah s.w.t. Hati dilahirkan fitrah dan suci serta menjadi kewajipan kepada hamba-hambaNya mengisi kekosongan hati dengan beribadah kepadanya.

Pengisian jiwa dengan syariat Islam serta keindahan akhlak Islam mampu mendidik hati melawan diri daripada melakukan perkara-perkara mungkar yang ditegah oleh Allah s.w.t. Setiap muslim harus melaksanakan tuntutan-tuntan Allah s.w.t..

Kewajipan ini dinyatakan oleh Allah Taala dalam surah al-Imran ayat 104, “Dan hendaklah ada di kalangan kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada makruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang beriman.”

Istiqamah dalam melakukan amalan-amalan kebaikan mampu menghindarkan diri daripada terjerumus ke dalam kancah kebinasaan. Diri mampu terdidik dengan kebiasaan melakukan kebaikan dan merasa akan sentiasa perlu menjaga hati daripada segala bentuk kemaksiatan.

Istiqamah dalam penjagaan diri dan hati perlu diselaraskan dengan panduan pegangan agama agar kehidupan mendapat rahmat dan keberkatan daripada Allah.

Di dalam surah Hud ayat 12, Allah s.w.t berfirman, “Maka beristiqamahlah kamu sebagaimana yang diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah bertaubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”

Kesimpulannya, peperangan melawan hawa nafsu merupakan peperangan yang paling utama kerana ia melibatkan penjagaan hati, diri dan iman.

Setiap Muslim berkewajipan melaksanakan tanggungjawab mereka sebagai hamba Allah dengan menjaga anugerah diri dan hati sebaik mungkin. Dengan memerangi hawa nafsu, kehidupan akan mendapat keberkatan dan kerahmatan daripada Allah.

Seperti firman Allah S.W.T yang bermaksud, “Mereka bersukacita (bergirang hati) kerana memperoleh nikmat dan kurnia dari Allah. Dan (kerana) sesungguhnya Allah tidak mensia-siakan ganjaran orang-orang yang beriman.” (Ali-Imran: 171)

Tulisan Nusaibah Mimi

Sunday, July 15, 2012

Tiga golongan yang pertama akan merasakan api neraka!


Bahawa pada hari kiamat nanti, ALLAH S.W.T akan turun kepada hambanya untuk memberikan keputusan kepada mereka. Setiap umat ketika itu berlutut. Golongan terawal yang akan dipanggil adalah “orang alim” , orang kaya dan orang yang berperang di jalan ALLAH S.W.T.

ALLAH S.W.T bertanya kepada orang alim itu,”Bukankah AKU telah mengajarkanmu kitab yang telah AKU turunkan kepada rasul-KU?” Orang itu menjawab. “Benar,wahai Tuhan.” ALLAH SWT kembali bertanya. ”Apa yang engkau kerjakan dengan ilmu yang kau miliki?” Orang tersebut menjawab, ”Dengannya aku beribadat kepada-MU di malam hari dan siang hari” Malaikat berkata kepadanya, “engkau berdusta”. ALLAH SWT berfirman “engkau hanya ingin dikatakan bahawa engkau seorang yang alim”.

Kemudian dipanggil orang kaya. ALLAH SWT berfirman, ”Engkau telah AKU beri rezeki sehingga berkeadaan cukup”. Orang itu menjawab, ”Benar wahai tuhan”. ALLAH SWT kemudian bertanya, ”Apa yang telah engkau kerjakan dengan hartamu itu?”, dia menjawab, ”Dengannya aku bersillaturrahir03;m dan juga bersedekah.” ALLAH SWT berfirman kepadanya, “Engkau dusta”. Malaikat juga berkata begitu. ALLAH berfirman, ”Engkau hanya ingin dikatakan bahawa engkau seorang dermawan.”


Kemudian didatangkan orang yang terbunuh selepas berperang di jalan ALLAH SWT. Maka ALLAH SWT berfirman, ”Apa yang menyebabkanmu terbunuh?” Dia menjawab, ”Telah diperintahkan kepadaku untuk berjihad di jalan-MU, maka aku berperang sehingga terbunuh.” Maka ALLAH SWT berfirman kepadanya ,”Engkau berdusta, malaikat juga berkata begitu.” ALLAH SWT berfirman, ”Engkau hanya ingin dikatakan bahawa engkau seorang yang berani”.


“Kemudian RASULULLAH S.A.W menepuk lututku sambil bersabda, ”Wahai Abu Hurairah, ketiga-tiga orang itu adalah orang-orang yang pertama sekali merasakan seksaan api neraka pada hari kiamat.””
P/S>>>Niat dan keikhlasan dalam hati kita harus kuat dalam mengerjakan sesuatu perkara……. Hanya Kerana ALLAH SWT. DIA maha mengetahui setiap apa yang kita lakukan…

Saturday, July 7, 2012

Petua Rasulullah saaw buat yang menghidap penyakit kronik





Sekiranya sahabat mempunyai kenalan yang menghidap penyakit kronik (kanser, kencing manis, sakit jantung, darah tinggi dll) pujuklah dia/mereka untuk mengamalkan solat pada waktu malam (walaupun sekadar 1 rakat witir) kerana dari Salman al-Farisi katanya, telah bersabda Rasulullah saw;


"Dituntut ke atasmu melakukan solat malam kerana sesungguhnya solat malam itu merupakan antara kebiasaan orang soleh sebelum kamu, sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhanmu, penutup segala kejahatan, penghapus segala dosa dan pembasmi segala penyakit dalam badan."

Menurut guru kami, Al Fadhil Ustaz Wan Nasir Wan Abdul Wahab, pembasmi segala penyakit dalam badan bukan sahaja merujuk kepada menyembuh penyakit tetapi turut bermaksud MENGHALAU penyakit tersebut dari menghinggapi badan si sakit semula.

Mesti cuba tau! Moga Allah menganugerahkan sifat istiqamah kepada kita semua.
Related Posts with Thumbnails