Oleh Jarjani Usman/Serambi.
“Barangsiapa yang mempunyai kemampuan tetapi dia tidak berkurban, maka
janganlah dia mendekati tempat shalat kami” (HR. Ahmad & Ibnu
Majah).
Demikian penting makna ibadah kurban bagi setiap manusia, khususnya
orang-orang mukmin. Lebih-lebih secara bahasa, qurban bermakna dekat.
Sehingga qurban merupakan upaya mendekatkan diri kepada Allah, yang
dilakukan dengan menyembelih hewan kurban pada hari raya Idul Adha.
Meskipun sunat hukumnya, ibadah ini mendekati wajib, sehingga Rasulullah
sallallahu alaihi wasallam sangat tidak suka terhadap orang-orang yang
mampu berkurban tetapi tidak mau melaksanakannya.
Lagipula, ibadah qurban juga bersifat kepedulian terhadap sesama
manusia, khususnya orang-orang yang tidak mampu. Dengan demikian, ibadah
ini bukan hanya menciptakan kedekatan dengan Allah, tetapi juga
kepedulian dan kasih sayang terhadap sesama. Wajar sekali kalau pahala
yang disediakan berlipatganda. Manfaat ganda sekaligus pahala yang
banyak ini akan dicari, kecuali oleh orang-orang yang hatinya telah
mati, misalnya, akibat banyak mengambil yang bukan haknya atau sudah
demikian kuat dicengkeram setan.
Nabi Ibrahim alaihissalam sendiri juga pernah berkali-kali digoda setan
tatkala ingin melaksanakan kurban sesuai dengan perintah Allah. Yaitu,
menyembelih anaknya yang bernama Ismail. Sehingga beliau melempar setan,
yang hingga sekarang dikenal dengan melempar Jumrah yang dilakukan oleh
para jamaah Haji. Karena itu, bila tidak ada niat untuk berkurban di
saat mampu, jangan lupa berpikir bahwa mungkin setan sedang menggoda
agar kita tidak mengambil kesempatan berharga ini.
No comments:
Post a Comment